WELCOME TO MY BLOG

Minggu, 22 Mei 2016

Posted by Unknown | File under :

Pengertian Kemiskinan


Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti seperti makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dll. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warganegara

Kemiskinan menurut Suparlan (1995:11)  didefinisikan sebagai standar tingkat hidup yang rendah,yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar hidup yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. terhadap tingkat kesehatan, kehidupanmoral dan rasa harga diri dari mereka yang tergolong orang miskin.

Sejarah luas, fenomena kemiskinan terjadi karena ada dua faktor, antara lain merosotnya kekuatan ekonomi sebuah negara sehingga terjadi ketidakstabilan ekonomi, atau juga memang negara tersebut sudah miskin. Ragnar Nurkse (dalam Sukirno, 2017:113)  menyatakan bahwa sebuah negara adalah miskin karena merupakan negara miskin (A country is poor because it is poor).

Pernyataan tersebut bisa digambarkan sebagai sebuah rangkaian ketidak milikan sebuah negara akan sumber daya penunjang ekonomi, seperti sumber daya alam dan manusia. Teori ini menjelaskan bahwa adanya sebuah konsep melingkar yang pada akhirnya tidak berujung. Satu kejadian atau faktor akan beruntun membuat sebuah kejadian baru yang sama-sama tidak memiliki keuntungan, dan terus berulang sampai ke kejadian yang pertama muncul, dan terus berulang.


Teori Lingkaran Kemiskinan

Kemiskinan yang terjadi bisa menjadi sebuah awal atau juga sebuah akhir dari sebuah fase. Kemiskinan akan berpengaruh ke rendahnya pendidikan yang di dapat serta kesehatan yang minim. Pendidikan yang rendah akan berpengaruh ke pendapatan yang bisa diterima ketika memasuki dunia kerja dan kesehatan yang buruk karena suplai serta lingkungan yang tidak mendukung membuat produktivitas rendah dikarenakan sering sakit-sakitan. Maka kesehatan yang rendah harus mengeluarkan banyak biaya sebagai biaya pengganti seperti membeli obat atau biaya kesehatan lainnya. Pada akhirnya dengan penerimaan bersih yang diterima kurang cukup, kebutuhan lainnya tidak mampu terpenuhi dan dapat dikategorikan miskin.


Penyebab Kemiskinan

Nugroho dan Dahuri (2004:165)  menyatakan bahwa kemiskinan di dalam masyarakat dikarenakan oleh beberapa sebab yaitu sebagai berikut:

Kemiskinan natural disebabkan keterbatasan kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kemiskinan struktural disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai kebijakan, peraturan, dan keputusan dalam pembangunan, kemiskinan ini umumnya dapat dikenali dari transformasi ekonomi yang berjalan tidak seimbang. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang lebih banyak disebabkan sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, perilaku, atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan. Dengan kata lain, seseorang dikatakan miskin jika dan hanya jika tingkat pendapatannya tidak memungkinkan orang tersebut untuk mentaati tata nilai dan norma dalam masyarakatnya.

Jika diuraikan pernyataan diatas, maka bisa dibagi menjadi dua faktor penyebab kemiskinan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah penyebab kemiskinan yang potensinya berasal dari diri seseorang dan atau keluarga serta lingkungan sekitarnya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan situasi lain yang berpotensi membuat seseorang jatuh miskin seperti kekurangan bahan baku atau bencana alam.


Mengukur Kemiskinan

Kemiskinan adalah indikator salah satu indikator sehatnya perekonomian sebuah negara. Ada beberapa pendekatan untuk mengukur kemiskinan sebuah negara. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan relatif dan pendekatan absolut. Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) , pendekatan relatif adalah pendekatan yang melihat faktor lain sebagai penentu seperti subsidi atau distribusi yang dilakukan negara. Sedangkan pendekatan absolut adalah mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok mereka seperti kekurangan pendapatan, dll.

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, mengukur kemiskinan bisa dengan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan-makanan(GKBM). Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2. 100 kilo kalori per kapita perhari. Sedangkan GKBM adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan .


Gambaran Umum Kemiskinan Di Indonesia

Kemiskinan adalah masalah ekonomi yang pasti dialami oleh semua negara termasuk Indonesia sebagai negara dengan kategori negara berkembang. Upaya sebuah negara berubah menjadi semakin maju tidak berarti tidak meninggalkan masalah. Kemiskinan adalah sebuah masalah sensitif karena melibatkan banyak sekali unsur di dalamnya, bahkan tidak hanya masalah keuangan atau ekonomi, tetapi juga merembet ke permasalahan perbedaan status sosial dan SARA sehingga kemiskinan adalah sebuah permasalahan yang bersifat multi dimensional. Maksudnya adalah kemiskinan memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin secara aset, organisasi sosial politik, pengetahuan dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan relasi, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut dapat ditemui dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Fenomena kemiskinan sendiri berkaitan erat dengan konsep dan permasalahan ketidak adilan dan disintegrasi kelompok, menunjuk pada sebuah jalinan konsep yang memberi sebuah pengertian yang saling berkait satu sama lain. Masing-masing konsep bisa dilihat secara tunggal dengan pengertian tersendiri atau analisis saling keterkaitan atau keterhubungan satu dengan lainnya dalam konteks kausalitas. Kemiskinan bisa terjadi karena adanya ketidak adilan di masyarakat yang dapat mengganggu rasa kebersamaan, atau karena perlakuan yang tidak adil dalam perlakuan/pemerataan, ada masyarakat yang merasa miskin dalam berbagai hal yang berakibat pada pertentangan dan perpecahan .

Secara umum Indonesia adalah negara yang sedang berproses menuju negara industri yang maju. Hal ini ditandai dengan sedikitnya efek yang diterima ketika terjadi krisis ekonomi global tahun 2008 kemarin, tepat di belakang negara-negara industri besar dunia seperti Cina dan India. Namun bagaimanapun Indonesia tetaplah negara berkembang yang memiliki permasalahan ekonomi termasuk kemiskinan. Indonesia memiliki ciri-ciri sebagaimana karakter yang ada di negara-negara dunia ketiga lainnya. J. W. Schrool (1981:232)  menjelaskan bahwa ada 15 ciri-ciri negara berkembang, yaitu:

1.         Tidak cukup makan, dengan batasa kurang dari 2. 500 kalori

2.         Struktur agraria lemah karena pembagian tanah milik yang tidak baik, sehingga seorang petani hanya memiliki tanah yang tidak begitu luas.

3.         Industri kurang berkembang, karena kecilnya persentase penduduk yang bekerja di sektor industri.

4.         Tidak banyak menggunakan tenaga mesin dan masih menggunakan tenaga manusia atau hewan.

5.         Ketergantungan ekonomi tinggi, khususnya pada bantuan luar negeri

6.         Perkambangan sektor perdagangan dan pelayanan terlalu maju, tidak seimbang dengan sektor pertanian dan industri.

7.         Struktur sosial terbelakang dan belum sesuai dengan masyarakat modern

8.         Kelas menengah tidak begitu maju sehingga tidak ada yang memanikan peranan penting dalam perkambangan perekonomian.

9.         Pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung jumlahnya besar.

10.       Tingkat pengajaran rendah sehingga angka buta huruf masih tinggi.

11.       Mutu pengajaran juga rendah karena tidak ada perencanaan yang baik.

12.       Angka kelahiran tinggi.

13.       Keadaan kesehatan jelek, ditandai dengan angka kematian yang cukup tinggi sehingga berpengaruh juga terhadap produksi.

14.       Orientasi kepada tradisi dan kepada kelompok.

15.       Sikap kerja tidak mengandung cita-cita untuk bekerja secara mantap dan terus menerus


Sejak pemerintahan zaman orde lama hingga pasca reformasi, ada beberapa moment krusial tentang kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Seperti di zaman Orde Baru pimpinan Soeharto. Pasca turunnya Soekarno dan diangkatnya Soeharto sebagai Presiden, beliau mencangkan program-program pembentuk ekonomi rakyat dengan cita-cita membentuk Indonesia sebagai negara dengan spesialisasi tertentu dan terwujud ide untuk melakukan swasembada pangan (beras). Dengan kondisi Indonesia sebagai negara agraris, Soeharto membentuk Indonesia sebagai negara swasembada beras dunia, yang diikuti oleh pujian oleh khalayak dunia. Tidak hanya itu, Soeharto juga membuat beberapa kebijakan kesejahteraan sosial seperti Pelita (Pembangunan Lima Tahun) serta Kredit Usaha Tani.

Secara gasir besar, sumber-sumber program-program pembangunan yang Soeharto buat adalah dari pinjaman-pinjaman luar negeri seperti IMF dan Consultative Group on Indonesia, sebuah organisasi negara kreditor untuk Indonesia yang di sponsori oleh Perancis. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah PBB seperti UNICEF, UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem trickle down effect (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska Krisis 1997.


Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Indonesia


1. Tingkat Pendidikan Yang Dituntaskan Penduduk

Indikator bahwa kemiskinan semakin banyak adalah dengan sulitanya mengakses pendidikan dan berimbas kepada rendahnya kualitas sumber daya manusia. Sebagai contoh, hasil penelitian Cameron (2000)  tentang kemiskinan di Jawa Barat yang menyimpulkan bahwa pengurangan kemiskinan diasosiasikan dengan meningkatnya pencapaian pendidikan dan peningkatan pendapatan dari tenaga kerja terdidik.

Pendidikan adalah faktor penting dalam upaya pengentasan kemiskinan. Pendidikan memberikan stimulus daya saing bagi individu untuk bisa menambah nilai jual sehingga bisa mendapat penghasilan yang lebih dan memenuhi kebutuhan pokok. Dan dari tahun ke tahun, Indonesia mengalami pengurangan jumlah penduduk yang buta huruf.

Dengan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun, serta digratiskannya biaya sekolah untuk jenjang Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama berpengaruh terhadap presentase penduduk buta huruf. Selain itu dengan pendidikan yang semakin membaik, Indonesia juga tercatat membaik di The Global Competitiveness Report 2013-2014 (laporan tahunan daya saing global tahun 2013-2014) yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia pada posisi ke 38 dari 148 negara di dunia. Pada kawasan ASEAN posisi daya saing Indonesia berada posisi kelima di bawah Singapura, Malaysia, Brunei dan Thailand.
Namun jika situasi ini tidak dipertahankan, Indonesia akan kembali mundur secara progress. Kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap pendidikan seperti kurikulum dan hal-hal teknis lainnya bisa berpengaruh kepada minat masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Hal ini menjadi krusial karena pendidikan adalah sumber dari daya saing sebuah negara.


2. Budaya Miskin

Kebudayaan kemiskinan bisa terwujud dalam situasi ekonomi yang banyak dipengaruhi oleh status sosial, berkembangnya sistem ekonomi uang, buruh upahan, dan sistem produksi untuk keuntungan. Demikian juga pada masyarakat yang mempunyai institusi sosial yang lemah untuk mengontrol dan memecahkan masalah sosial dan kependudukan, yang berdampak pada pertumbuhan tinggi dan pengangguran juga tinggi.

Menurut Astika (2010), budaya kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka dalam massyarakat yang berstrata kelas, sangat individualistis berciri kapitalisme. Sehingga yang mempunyai kemungkinan besar untuk memiliki kebudayaan kemiskinan adalah kelompok masyarakat yang berstrata rendah, mengalami perubahan sosial yang drastik yang ditunjukkan oleh ciri-ciri :

1.         Kurang efektifnya partisipasi dan integrasi kaum miskin kedalam lembaga-lembaga utama masarakat, yang berakibat munculnya rasa ketakutan, kecurigan tinggi, apatis dan perpecahan;

2.         Pada tingkat komunitas local secara fisik ditemui rumah-rumah dan pemukiman kumuh, penuh sesak, bergerombol, dan rendahnya tingkat organisasi diluar keluarga inti dan keluarga luas;

3.         Pada tingkat keluarga ditandai oleh masa kanak-kanak yang singkat dan kurang pengasuhan oleh orang tua, cepat dewasa, atau perkawinan usia dini, tingginya angka perpisahan keluarga, dan kecenderungan terbentuknya keluarga matrilineal dan dominannya peran sanak keluarga ibu pada anak-anaaknya;

4.         Pada tingkat individu dengan ciri yang menonjol adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan yang tinggi dan rasa rendah diri;

5.         Tingginya (rasa) tingkat kesengsaraan, karena beratnya penderitaan ibu, lemahnya struktur pribadi, kurangnya kendali diri dan dorongan nafsu, kuatnya orientasi masa kini, dan kekurang sabaran dalam hal menunda keinginan dan rencana masa depan, perasaan pasrah/tidak berguna, tingginya anggapan terhadap keunggulan lelaki, dan berbagai jenis penyakit kejiwaan lainnya;

6.         Kebudayaan kemiskinan juga membentuk orientasi yang sempit dari kelompoknya, mereka hanya mengetahui kesulitankesulitan, kondisi setempat, lingkungan tetangga dan cara hidup mereka sendiri saja, tidak adanya kesadaran kelas walau mereka sangat sensitif terhadap perbedaanperbedaan status;


Karena berbagai kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan para warga kelompoktersebut dirasakan sebagai suatu hal yang biasa(sebagai fenomena biasa dalam kehidupan keseharian mereka). Pada kondisi seperti itu tidakada yang diacu untuk pamer, sehingga diantaramereka tidak ada perasaan saling berbeda, yang dapat menimbulkan perasaan malu. Dalamkeadaan demikian, maka kemiskinan terwujuddalam berbagai cara-cara mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka untuk dapat hidup. Di kalangan masyarakat/kelompok yangberada dalam kondisi miskin seperti itu, berkembang suatu pedoman bagi kehidupanmereka yang diyakini kebenaran dankegunaannya yang dilandasi oleh kemiskinan yang mereka derita bersama. Pedoman atau kiatkiatuntuk menghadapi fenomena miskin sepertiitu kemudian melahirkan model-model adaptasimereka menghadapi kemiskinan.


3. Regulasi Pemerintah

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kemiskinan. Regulasi yang dibuat tidak mungkin tanpa pemikiran serta analisis yang matang, namun tidak jarang berdampak kepada berkurangnya pendapatan masyarakat tertentu yang berujung kepada kemiskinan. Fenomena yang bisa diambil contoh adalah pembatasan peredaran tembakau dan produk berbahan dasar tembakau. Regulasi ini jelas berpengaruh besar kepada para petani tembakau dan perusahaan-perusahaan yang mengelola tembakau sebagai bahan baku utama produksi. Dampak jauhnya adalah regulasi ini berpotensi menimbulkan kemiskinan struktural.

Menurut Suharto(2008:18) , kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang terjadi bukan dikarenakan ketidakmampuan si miskin untuk bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.

Dengan regulasi yang dibuat pemerintah, tidak semua situasi yang diharapkan kedepannya bisa diterima. Regulasi yang tidak menunjang sebagian pihak akan membuat kesalahan kebijakan yang berujung kepada kerugian negara untuk kembali menanggulangi masalah baru, dalam hal ini kemiskinan adalah salah satu penentu indikator daya saing sebuah negara.


4. Kesempatan Kerja Kurang Memadai

Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan nasional.

Banyaknya tenaga kerja yang terserap oleh suatu sektor perekonomian, dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Sepanjang sejarah, pertambahan penduduk merupakan sumber terpenting atas bertambahnya output yang dinikmati seluruh dunia. Jumlah penduduk yang meningkat hampir selalu mengarah pada naiknya total output.

Namun ketika jumlah penduduk bertambah dan tidak di imbangi dengan kesempatan kerja yang rendah maka akan menimbulkan kemerosotan ekonomi karena akan berdampak kepada bertambahnya jumlah pengangguran. Pengangguran terjadi kepada tidak hanya mereka yang tidak berpendidikan, namun juga mereka yang terdidik secara formal. Menurut Sadono Sukirno (2004 : 84) , pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai penganggur. Faktor utama yang menimbulkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat.

Sementara  dengan rendahnya penyerapan tenaga kerja muncul masalah baru dengan berubahnya status seseorang menjadi pengangguran. Menurut Gregory Mankiw (2006 : 154) , pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berari penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Kesempatan kerja berdampak beruntun, bertahapn, dan luas.


5. Distribusi Pendapatan Tidak Merata

Distribusi pendapatan nasional merupakan unsur penting untuk mengetahui tinggi atau rendahnya kesejahteraan atau kemakmuran suatu negara. Distribusi pendapatan yang merata kepada masyarakat akan mampu menciptakan perubahan dan perbaikan suatu negara seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan sebagainya. Sebaliknya, jika distribusi pendapatan nasional tidak merata, maka perubahan atau perbaikan suatu negara tidak akan tercapai, hal seperti ini yang akan menunjukkan adanya ketimpangan distribusi pendapatan.

Isu tidak meratanya distribusi pendapatan adalah salah satu yang hangat dibicarakan karena membuat kondisi masyarakat seolah-olah dipertanyakan. Maksudnya adalah dengan tidak meratanya distribusi pendapatan, ada potensi hak yang layak diterima masyarakat tidak sepenuhnya diterima dan bisa menimbulkan keresahan bahkan konflik. Mungkin banyak pertanyaan tentang kebijakan pemerintah terkait peningkatan kesejahteraan, contohnya soal pendidikan atau kesehata ; Apakah keberhasilan pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan, misalnya, dinikamati juga oleh masyarakat kurang mampu?


6. Ketidakstabilan Politik

Stabilisasi perekonomian dari suatu negara sangat jelas dipengaruhi oleh faktor politik dan keamanan, yang juga sangat penting ketimbang variabel ekonomi makro lainnya. Tanpa stabilitas politik dan keamanan yang kondusif dari suatu negara, ekonomi tidak akan bisa berbuat banyak terutama dalam hubungannya dengan posisi dari suatu negara dalam memperbaiki variabel-variabel ekonomi.

Apabila situasi politik memanas maka perekonomian Indonesia akan terkena dampaknya. Jika merujuk kepada sejarah, ketidakstabilan politik terlihat jelas berdampak kepada perekonomian di tahun 1997-1999. Gagalnya manajemen di zaman pemerintahan Soeharto membuat hutang luar negeri sulit dibayar. Belum lagi lamanya durasi Soeharto saat menjabat sebagai presiden yang dianggap sebagai pemimpin yang otoriter memaksa rakyat menggulingkan Soeharto dari kursi presiden.

Pada saat seorang kepala negara dijatuhkan akibat ketidakmampuannya menanggulangi masalah yang ada membuat sentiment negatif dari asing. Perekonomian anjlok, nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah, dan investor enggan untuk menanamkan modal di Indonesia karena melihat kepala negara Indonesia, sebagai seorang yang bertugas membuat keputusan sekaligus sebagai representasi negara tidak ada untuk menjalankan kewajibannya sehingga Indonesia menjadi negara yang tidak direkomendasikan untuk di buat sebagai tempat investasi.

Tidak hanya perekonomian, ketidakstabilan merembet ke hal-hal lain seperti kriminalitas dan SARA yang jika ditarik benang merahnya, semua konflik bangkit justru bermuara kepada motif ekonomi. Kriminalitas dimana-mana, penjarahan toko-toko dari pengusaha keturunan etnis Tionghoa, serta kekerasan lain yang dampaknya memperburuk situasi perekonomian Indonesia.

Sekarang, percikan-percikan kecil mulai kembali memantik ketika Pilpres kemarin menyisakan dua kandidat calon presiden. Ibarat babak adu pinalti, satu pihak pasti menang dan satu harus menerima kekalahan. Persaingan yang terus berlanjut hingga ke ranah-ranah yang jika dikuasai atas nama kepentingan, maka akan muncul regulasi-regulasi yang kurang ideal kedepannya. Sangat sulit menjauhkan kemiskinan dengan situasi politik.



Dampak kemiskinan antara lain :


1. Kriminalitas

Salah satu faktor terjadinya kriminalitas adalah kemiskinan,mengapa? Karena saat seseorang tidak mempunyai penghasilan sementara dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan melakukan berbagai hal termasuk tindakan kriminal,seperti pencurian, perampokan bahkan hingga pembunuhan.


2.Tingkat pendidikan rendah

Dampak lain dari kemiskinan yaitu tingkat pendidikan yang rendah, hal ini dikarenakan pendidikan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan berbagai bantuan bahkan hingga pendidikan gratis dari sd hingga sltp hingga saat ini,tapi tetap saja belum memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya kemiskinan jika tingkat pendidikan tetap rendah.


3.Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian


Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan sehingga membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan biaya untuk kesehatan,sebagaimana slogan "sehat itu mahal" memang benar slogan tersebut, sehingga masyarakat miskin akan merasakan betapa beratnya biaya rumah sakit,sehingga mereka tidak bisa berobat kerumah sakit dikarenakan faktor biaya.,selain itu kemiskinan juga menyebabkan buruknya kesehatan pada bayi dan balita yang membutuhka banyak asupan gizi,sedangkan orang tua mereka tidak mempunyai materi yang cukup untuk memenuhi hal tersebut,sehingga banyak terdapat bayi yang lahir cacat karena kurangnya asupan giza saat dalam kandungan..,serta banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung lapar,dikarenaka tidak memadainya asupan makanan mereka,tentu saja kita sudah tahu tentang hal ini dari berita-berita di media massa.







SUMBER:



1 komentar:



  1. Thank infonya. Oiya ngomongin kemiskinan, ternyata ada loh sejumlah miliarder di dunia ini yang kerap menghambur-hamburkan uang dan berujung pada kebangkrutan. Siapa saja mereka? Cek di sini ya: Miris, 5 miliarder ini akhirnya jatuh miskin

    BalasHapus

Total Tayangan Halaman