SEKTOR PERTANIAN
PENDAHULUAN
Pertanian
dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan
makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu,
terutama yang bersifat semusim.
Usaha
pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah
usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan
yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat
kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga
(misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia
dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua
usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan
dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua
aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka
ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai
intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sisi
yang berseberangan dengan pertanian industrial adalah pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan
variasinya seperti pertanian organik atau permakultur, memasukkan aspek
kelestarian daya dukung lahan maupun lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai
faktor penting dalam perhitungan efisiensinya. Akibatnya, pertanian
berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah daripada pertanian
industrial.
Pertanian
modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari kedua kutub
"ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya,
dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam
bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu
hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri atau komunitasnya.
Sebagai
suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang
dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua
ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi
sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.
PERAN PERTANIAN TERHADAP
PEREKONOMIAN INDONESIA
Negara
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya yang tersebar
luas di seluruh kawasan di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara kepulauan
yang terkenal dengan sebutan negara agraris yang berarti sebagian besar
masyarakat Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Selain dari pada itu,
Indonesia juga terkenal dengan tanahnya yang subur sehingga di mana saja
menanam tanaman bisa tumbuh dengan subur.
Pertanian
merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian
merupakan sektor utama yang menyumbang hampir dari setengah perekonomian.
Pertanian juga memiliki peran nyata sebagai penghasil devisa negara melalui
ekspor. Oleh karena itu perlu diadakannya pembangunan di dalam sektor pertanian
sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun di luar negeri.
Pembangunan
pertanian yang sudah cukup berhasil dicapai oleh Indonesia pada tahun 1970-an
sampai tahun 1980-an yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan PDB (Produk
Domestik Bruto) sektor pertanian sebesar 3,2% per tahunnya. Kemudian pada 1984
swasembada beras dapat tercapai dan berhasil memicu pertumbuhan ekonomi di
pedesaan. Sayangnya, swasembada beras tersebut hanya dapat dipertahankan hingga
tahun 1993. Tingkat produktivitas padi di Indonesia adalah yang tertinggi dari
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu,
Indonesia memiliki keunggulan yaitu beras sebagai subtitusi impor.
Terjadinya
krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 menunjukkan bahwa
sektor pertanian dapat bertahan dari sektor yang dibangga-banggakan pada tahun
tersebut yaitu sektor industri. Bahkan sektor pertanian mengalami pertumbuhan
sebesar 0,22%. Padahal perekonomian Indonesia pada saat itu mengalami penurunan
pertumbuhan sekitar 13,68%.
Agar
sektor pertanian dapat terus memberikan peran pada perekonomian Indonesia,
diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan di sektor ini. Salah satunya
adalah dengan melakukan investasi. Dengan adanya investasi di sektor ini
diharapkan akan memicu kenaikan output dan input demand yang akan berpengaruh
terhadap kenaikan pendapatan, kesempatan kerja, serta mendorong tumbuhnya
perekonomian Indonesia.
Dengan
adanya usaha pembangunan pertanian, muncul pula masalah-masalah yang akan
memperlambat laju perkembangan pertanian di Indonesia. Masalah tersebut muncul
mulai dari kerusakan alam yang diakibatkan oleh pelaku produksi dan konsumen
pertanian hingga minimnya pendidikan petani. Hal tersebut disebabkan oleh pola
hidup yang berubah dari petani itu sendiri, misalnya minimnya pengetahuan akan
pemanfaatan dan pengembangan pertanian modern, politik pertanian serta mulai
hilangnya nilai budaya dan semangat yang dimiliki oleh petani.
Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap
dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak
sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional karena justru
pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain pertumbuhannya negatif.
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia :
(1)
potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,
(2)
pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,
(3)
besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
(4)
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan
Potensi
pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk
golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi sektor pertanian
keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang
dilakukan oleh investor PMA dan PMDN yang berorientasi pada pasar ekspor
umumnya padat modal dan peranannya
kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak menciptakan buruh tani.
Berdasarkan
latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya aksesibilitas
pada investor asing /swasta besar dibandingkan dengan petani kecil dalam
pemanfaatan sumber daya
pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya grand strategy pembangunan
pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi tersebut, maka
diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu
menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam
hal pencapaian sasaran :
(1) mensejahterakan petani,
(2) menyediakan pangan,
(3) sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk
mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar
wilayah,
(4) merupakan pasar input bagi pengembangan
agroindustri,
(5) menghasilkan devisa,
(6) menyediakan lapangan pekerjaan,
(7) peningkatan pendapatan nasional, dan
(8) tetap mempertahankan kelestarian
sumberdaya.
Pertanian
memiliki subsektor-subsektor yang memiliki peran dan potensi dalam membangun
perekonomian Indonesia. Di bawah ini terdapat beberapa peran dari
subsektor-subsektor yang ada di sektor pertanian
1. Perkebunan Sebagai Komoditi Ekspor
Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan yang
paling konsisten, baik ditinjau dari arealnya maupun produksinya. Berdasarkan
data dari Direktorat Bina Produksi Perkebunan (2004), pada tahun 2000 sampai
2003, secara keseluruhan luas areal perkebunan di Indonesia meningkat dengan
laju 2,6% per tahun dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16,3 juta ha.
Perkebunan
di Indonesia memiliki beberapa komoditas penting, diantaranya adalah karet,
kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, dan tebu. Pertumbuhan kelapa sawit,
karet dan kakao mengalami laju yang pesat diantara tanaman perkebunan yang
lainnya yaitu diatas 5% per tahun. Pertumbuhan tersebut pada umumnya berkaitan
dengan tingkat keuntungan pengusaha komoditas tersebut yang relatif baik.
Selain itu adanya kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal untuk
komoditas tersebut.
Selain
pertumbuhan areal, produksi perkebunan juga meningkat dengan konsisten pada
tahun 2000 sampai 2003 dengan laju 7,6%. Total produksi mencapai 19,6 juta ton
pada tahun 2003. Komoditas kelapa sawit dan karet mempunyai kontribusi yang
dominan. Produksi kelapa sawit tumbuh pesat dengan laju 12,1% per tahun.
Kemudian tingkat pertumbuhan produksi komoditas kakao dan kopi juga relative pesat
pada periode tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga-harga
produk perkebunan pada tahun 2003.
Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang penting karena mempunyai
kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Subsektor ini juga
menyerap tenaga kerja sehingga angka pengangguran bisa berkurang. Sampai tahun
2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan
mencapai sekitar 17 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk ke
dalam industri hilir perkebunan.
Subsektor
perkebunan menyediakan lapangan pekerjaan di pedesaan dan di daerah terpencil
sehingga mempunyai nilai tambah tersendiri dalam penyediaan lapangan kerja.
Peran tersebut bermakna strategis karena penyediaan lapangan kerja oleh
subsektor ini berlokasi di pedesaan sehingga dapat mengurangi arus urbanisasi.
Subsektor
ini mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang
tercermin dari kontribusinya terhadap PDB. Dari segi nilai absolut berdasarkan
harga yang berlaku, PDB terus meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2003 dari
sekitar Rp 33,7 triliun menjadi Rp 47,0 triliun, atau dengan laju sekitar 11,7%
per tahun.
Dengan
peningkatan tersebut, kontribusi PDB subsektor perkebunan terhadap PDB sektor
pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap PDB secara nasional tanpa migas,
kontribusi subsektor ini adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika
menggunakan PDB dengan harga konstan tahun 1993, kontribusi subsektor
perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah 17.6%, sedangkan terhadap PDB
nonmigas dan PDB nasional masing-masing adalah 3.0% dan 2.8%.
Subsektor
perkebunan memiliki posisi yang tidak dapat diremehkan. Perkebunan merupakan
salah satu subsektor andalan dalam menyumbang devisa untuk negara melalui
orientasi pasar ekspor. Produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit adalah
produk-produk yang lebih dari 50% dari total produksi adalah untuk ekspor.
Hingga tahun 2004, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang devisa
dengan dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya mencapai US$ 4 miliar per
tahun. Nilai tersebut belum termasuk nilai ekspor produk olahan perkebunan,
karena ekspor olahan perkebunan dimasukkan pada sektor perindustrian.
2. Agroindustri Sebagai Pemoles Hasil
Pertanian
Pertanian
merupakan isu sensitif dan penting yang menjadi ciri sosial ekonomi bagi
sebagian besar dari negara-negara berkembang di dunia. Namun, negara maju yang
sudah menjadi negara industri, yang memiliki jumlah petani dan kontribusi
pertanian yang kecil ternyata juga ikut membela dengan serius sektor
pertaniannya.
Di
Indonesia, kita jumpai banyak sekali industri-industri yang bergerak dalam
mengelola hasil-hasil dari sektor pertanian. Selain itu banyak hasil karya anak
bangsa yang mengubah hasil pertanian sebagai bahan baku yang kemudian disulap
menjadi barang yang sangat bermanfaat dan bernilai jual tinggi. Contohnya
pemanfaatan pelepah pisang yang dibuat menjadi berbagai kerajinan tangan.
Biji-biji jarak yang kemudian diolah menjadi biodiesel. Hasil dari perkebunan
tembakau, karet, kopi, tanaman sayur dan hortikultura serta masih banyak lagi
industri-industri pertanian yang dimiliki oleh Indonesia.
Dalam
pembangunannya, industri pertanian tidaklah lepas dari perkembangan teknologi.
Pemanfaatan hasil pertanian sebagai bahan baku industri mampu memberikan
kontribusi tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran di Indonesia secara
perlahan-lahan dapat menurun. Peran bioteknologi juga sangat diperlukan di
sektor ini, sehingga menjadi peluang untuk tenaga-tenaga ahli dalam bidang
pertanian untuk bekerja.
Dalam
proses pengelolaan yang tidak tepat pada subsektor ini, banyak keuntungan dari
hasil produksi yang dimiliki oleh badan usaha asing sehingga penghasilan dari
ekspor bisa berkurang dari nilai tertingginya. Kurangnya modal dan hutang luar
negeri Indonesia memaksa hal tersebut terjadi. Oleh karena itu, seharusnya ada
usaha-usaha yang dilakukan agar keuntungan negara dapat meningkat dan laju
inflasi dapat diturunkan sehingga kondisi ekonomi negara Indonesia dapat stabil
dan terjamin untuk keberlanjutan proses pembangunan.
3. Agroekowisata Sebagai Pemikat
Wisatawan
Negara
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang menjadi
ciri khas tersendiri sebagai negara yang beriklim tropis. Hal ini jarang sekali
diperhatikan dan dirawat oleh masyarakat Indonesia itu sendiri sehingga kurang
optimal dalam pemanfaatannya. Salah satu manfaatnya adalah sebagai objek
wisata.
Pada
hakikatnya manusia mempunyai daya imajinasi yang tinggi sehingga memerlukan
keindahan-keindahan yang akan menyegarkan kembali daya imajinasi yang mulai
jenuh akibat dari kesibukan-kesibukannya yang sudah menjadi rutinitas
sehari-hari. Meski sudah ada objek wisata alam yang telah tersedia, namun
jarang sekali objek wisata yang memberikan perpaduan dari keindahan susunan
bentang alam dengan produk-produk pertanian.
Agroekowisata
menawarkan berbagai ekosistem pertanian serta bentang alam yang khas yang akan
menjadi wahana baru untuk para wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan
asing. Hal tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian
Indonesia dalam bentuk penghasilan devisa.
POTENSI
AGRIBISNIS INDONESIA
Indonesia
mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan
dimungkinkan akan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Potensi
agribisnis tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Dalam
Pembentukan Produk Domestik bruto , sektor agribisnis merupakan penyumbang
nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan
sebesar 45 persen total nilai tambah.
2. Sektor
agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan
sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.
3. Sektor
agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam
pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam
penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya
dengan ketahanan social (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik,
dan keamanan atau ketahanan nasional (national security).
4. Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource
based industry. Tidak ada satupun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya
dan beraneka sumber daya
pertanian secara alami (endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan bahwa di
pasar internasional hanya industri yang berbasiskan sumber daya yang mempunyai keunggulan
komparatif dan mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan
demikian pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang
lebih kompetitif.
5.
Kegiatan agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan kebelakang yang sangat
besar (backward dan forward linkages) yang sangat besar. Kegiatan agribisnis
(dengan besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang) jika dampaknya dihitung
berdasarkan impact multilier secara langsung dan tidak langsung terhadap
perekonomian diramalkan akan sangat besar.
6.
Dalam era globalisasi perubahan selera konsumen terhadap barang barang konsumsi pangan diramalkan
akan berubah menjadi cepat saji dan pasar untuk produksi hasil pertanian
diramalkan pula terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi model
Kentucky. Dengan demikian agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling
atraktif.
7. Produk agroindustri umumnya mempunyai
elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin
terbuka pasar bagi produk agroindustri.
8. Kegiatan agribisnis umumnya menggunakan input
yang bersifat renewable, sehingga pengembangannya melalui agroindustri tidak
hanya memberikan nilai tambah namun juga dapat menghindari pengurasan
sumberdaya sehingga lebih menjamin sustainability.
9.
Teknologi agribisnis sangat fleksibel
yang dapat dikembangkan dalam padat modal ataupun padat tenaga kerja, dari
manejement sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar. Sehingga
Indonesia yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya
dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha.
10. Indonesia punya sumberdaya pertanian yang
sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat,
dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung
mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi dan tidak busuk
dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominan.
INVESTASI DI SEKTOR
PERTANIAN
Dalam
proses pembangunan pertanian, investasi merupakan penggerak, mengingat kegiatan
investasi yang mempunyai multiplier efek luas dalam perekonomian, seperti
peningkatan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah, devisa, pajak, dan
lain-lain.
Keterbatasan
keuangan negara menyebabkan terbatasnya peran pemerintah dalam pembangunan nasional, porsi terbesar diharapkan berasal
dari masyarakat melalui penanaman modal
(investasi/Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing).
Untuk
mendorong pertumbuhan investasi diperlukan iklim usaha yang kondusif dan
prospek bisnis yang menguntungkan. Kondisi ini sangat diperlukan bukan saja
untuk menarik investor (dalam dan luar negeri), tetapi yang lebih penting
mempertahankan dan membesarkan perusahaan yang sudah ada.
Berbagai
hasil survei menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi lingkungan
usaha/investasi antara lain adalah ketidak stabilan ekonomi makro,
ketidakpastian kebijakan, korupsi, perizinan usaha, regulasi tenaga kerja,
ketersedian data dan informasi yang akurat dan masih banyak lagi.
Sehingga
Investasi merupakan penggerak pembangunan karena investasi mempunyai multiflier
efek yang sangat luas dalam perekonomian seperti :
1. Pendorong utama pertumbuhan otonomi
daerah
2. Pemerataan pertumbuhan Pendapatan
Anggaran dalam Negeri
3. Penyerapan Tenaga Kerja (pengangguran)
4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam lokal
5. Merupakan Perekat Kesatuan dan
Persatuan Bangsa
Kebutuhan
investasi di sektor pertanian tahun 2010-2014 sebesar Rp 1.360,6 trilyun (PMDN
73% dan PMA 27%).
Untuk
itu diperlukan Arah dan Strategi Kebijakan serta Ruang Lingkup Investasi
Pertanian yaitu :
1. Arah
• Menciptakan iklim investasi dan iklim usaha
yang kondusif
• Melakukan promosi investasi yang intensif
melalui potensi dan peluang investasi di daerah-daerah
2. Strategi
•
Pengembangan potensi dan peluang investasi sektor pertanian di indonesia untuk
meningkatkan calon investor PMDN dan PMA.
3. Ruang lingkup
• Melakukan pengembangan potensi dan peluang
investasi melalui koordinasi lintas instansi daerah dan pusat.
Untuk
mencapai target investasi tersebut dan selaras dengan kebijakan otonomi, maka
setiap daerah diharapkan mampu menarik sebanyak mungkin investor yang bersedia
menanamkan modalnya.
Untuk
itu kepastian ketersediaan dan kesesuaian lahan, dukungan kebijakan seperti
kemudahan perizinan dan adanya payung hukum yang jelas, sangat diperlukan guna
manarik para investor datang ke daerah-daerah yang berpotensi dan memiliki
peluang di provinsi seluruh Indonesia.
Investasi Langsung
Investasi
Langsung adalah pembelian atau akuisisi saham mayoritas dalam bisnis asing
dengan cara lain dibandingkan dengan pembelian langsung saham. Hal ini juga
berarti di bidang keuangan dalam negeri, pembelian atau akuisisi saham
mayoritas atau kepentingan yang lebih kecil yang masih akan memungkinkan
kontrol aktif perusahaan.
Contoh:
Membeli mesin
Investasi Tidak Langsung
Investasi
tidak langsung adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat dapat melakukan
investasi tidak terlibat secara langsung cukup dengan memegang dalam bentuk
saham dan obligasi dengan melalui perantara.
Contoh:
Penelitian dan pengembangan.
Investasi
di sektor pertanian tergantung :
§
Laju pertumbuhan output
§
Tingkat daya saing global komoditi pertanian
KETERKAITAN
SEKTOR PERTANIAN DENGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
Salah
satu penyebab krisis ekonomi yaitu terjadinya kesalahan industrialisasi yang
tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor
pertanian bertambah (+) walaupun kecil, sedangkan industri manufaktur berkurang
(-). Jepang, Taiwan dan Eropa dalam memajukan industri manufaktur diawali
dengan revolusi sektor pertanian.
Beberapa
alasan sektor pertanian harus kuat dalam proses industrialisasi, yaitu: Sektor
pertanian kuat maka pangan terjamin, tidak ada lapardann kemudian kondisi
sospol stabil. Dari Sudut Permintaan, bila Sektor pertanian kuat maka
pendapatan riil perkapita naik mengakibatkan permintaan oleh petani terhadap
produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang dan
output industri menjadi input sektor pertanian. Dari Sudut Penawaran,
Permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh industri manufaktur.
Kelebihan output sektor pertanian digunakan sebagai sumber investasi sektor
industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.
Tetapi,
Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dan industri
manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang
impor.
referensi
0 komentar:
Posting Komentar