Kurangnya Pemerataan Pembangunan Di Indonesia
Permasalahan
kurangnya pemerataan pembangunan di Indonesia sudah terjadi sangat lama.
Pemerataan pembangunan bukan hanya dalam pembangunan fisik saja (jalan,
bangunan, dll) tetapi pembangunan manusia seutuhnya seperti pemerataan
pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Banyak di daerah daerah terpencil
seperti di Kalimantan atau di Indonesia timur sana masih sangat kurang
pemerataan baik dari pembangunan fisik maupun dari pendidikan dan kesehatan.
Hal ini disebabkan karena masih banyak fokus
pembangunan di pulau jawa, parahnya lagi banyak masyarakat pelosok dipulau jawa
belum bisa menikmati pembangunan tersebut karena hanya terfokus di kota kota
besar saja, Akibatnya masih kurang fasilitas fasilitas umum seperti rumah
sakit, akses jalan ke daerah terpencil, pembangunan gedung sekolah.
Dalam sektor kesehatan kurang lengkapnya fasilitas
pada rumah sakit, puskesmas juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah,
pemerataan tenaga medis pun harus dilakukan sehingga para tenaga kesehatan
tersebut tidak terfokus berada di
lingkungan perkotaan, sementara di daerah terpecil masih kekurangan.
Sebenarnya pemerintah sudah berusaha meningkatkan
pendidikan di Indonesia, hal itu dapat dilihat sejak tahun 1984, Indonesia telah
berupaya untuk memeratakan pendidikan formal Sekolah Dasar, kemudian
dilanjutkan dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun pada tahun 1994. Selain itu,
pemerintah semakin intensif untuk memberikan bantuan berupa beasiswa, seperti
Gerakan Orang Tua Asuh, Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pengalihan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM)
oleh pemerintah yang sebagian diperuntukkan bagi sektor pendidikan dan
kesehatan mungkin bisa menjadi penghibur meski pada dasarnya, pendanaan sektor
pendidikan seharusnya tidak mempersyaratkan naiknya harga BBM. Dari dana
kompensasi bidang pendidikan direncanakan terdistribusi dalam bentuk beasiswa.
Sekitar 9,6 juta anak kurang mampu usia sekolah menjadi sasaran dari program
alokasi ini.
Pada tahun 2003, setidaknya 1 dari 4 penduduk
Indonesia termasuk miskin. Jika total penduduk Indonesia adalah sekitar 220
juta jiwa, maka berarti ada sekitar 60 juta jiwa saudara kita yang dalam
kategori miskin. Artinya, apa yang sekarang sedang direncanakan pemerintah
sangat mungkin belum dapat menjangkau semua rakyat miskin. Memang dibutuhkan
cukup waktu untuk sampai ke situ. Terlebih, tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap praktik distribusi anggaran yang dilakukan pemerintah sering berada di
titik rendah.
Pemerataan pembangunan sangat penting, apalagi
pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan jika
pembangunan dilakukan dengan baik maka akan menghasilkan SDM yang berkualitas, merupakan
modal yang paling menentukan dalam keberhasilan pembangunan jangka panjang.
Efektifitas dan efisiensi penggunaan dana pendidikan
dan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah harus tegas
menindak penyelewengan yang terjadi. Penggunaan dana yang efisien dan efektif
akan semakin meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat sehingga
mampu menciptakan SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas menghantarkan
negara pada keunggulan komparatif sehingga mampu bersaing di dunia
internasional.
0 komentar:
Posting Komentar